Identitas Dalam Sebuah Slober - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Rabu, 23 Januari 2013

Identitas Dalam Sebuah Slober


Zainil Asikin sedang Memainkan alat musik Slober
Alat musik khas Lombok bukan hanya Gendang beleq namun terdapat berbagai alat musik tradisional khas Lombok lainnya, salah satunya adalah Selober. Alat musik ini adalah alat musik tradisonal yang terus dijaga dan dilestarikan oleh warga Desa Pengadangan, Lombok timur.

Selober  memiliki sejarah yang panjang dan hanya ditemukan di Desa Pengadangan. Berkembangnya alat musik ini di Desa Pengadangan tidak lepas dari pendatang yang berasal dari desa Jurit, Lombok Timur. Merekalah yang meciptakan sekaligus mengembangkan alat musik ini sehingga di terima dan dimainkan secara luas oleh warga Pengadangan.
Alat Musik Slober
Lahirnya selober berawal dari sebuah ketidaksengajaan. Salah seorang warga Desa Pengadangan, Zainal Asikin menceritakan bahwa dulu salah seorang pendatang dari desa Jurit hendak membuat alat musik Genggong. Alat musik genggong ini adalah alat musik tradisional Sasak juga. Ia terbuat dari pelepah pohon aren. Karena salah dalam proses membuat genggong akhirnya orang tersebut berimprovisasi dan lahirlah selober.
Slober berasal dari kata slemor dan seber. Selemor berarti mengisi waktu luang dan seber berarti suara yang terdengar serak. Dari penggabungan dua kata inilah ter bentuk kata slober. Oleh karena itu selober biasanya dimainkan oleh warga Desa Pengadangan guna mengisi waktu luang mereka saat tidak bekerja. Misalnya ketika mereka menunggu musim panen padi tiba. Alat musik ini dimainkan hanya untuk mengisi waktu luang karena suaranya yang kecil. Namun kini telah biasa dimainkan di pertunjukan-pertunjukan. Namun untuk menghasilkan musik yang indah, slober harus dikombinasikan dengan alat musik lain seperti gambus.
Slober terbuat dari pelepah pohon arena tau di dalam bahasa sasak disebut nao. Pelepah nao yang masih basah dikuliti dan diambil bagian kulit luarnya. Bagian ini biasanya elastic dan tidak mudah patah. Lembaran kulit pelepah nao inilah kemudian yang dimainkan dengan cara ditiup sembari ditekan oleh ibu jari sehingga menghasilkan berbagai varian nada.
Dipilihnya pelepah nao karena ia elastic dan tidak berbahaya. Jika menggunakan bambu memang akan elastis juga. Namun bilah bambu yang sudah ditipiskan sangat tajam sehingga akan berbahaya ketika dimainkan. Bukannya menghasilkan nada malah pemain slober bisa terluka.

Harus Berpasangan

Tidak semua lagu bisa diiringi dengan selober. Umumnya lagu daerah Lombok yang bisa dimainkan dengan alat musik ini hanyalah lagu yang menggunakan lima nada; yaitu do-re-mi-so-la. Slober tidak dapat memainkan lagu tujuh nada, karena slober itu sendiri tidak mempunyai nada fa dan si.
Alat musik ini harus dimainkan secara berpasang-pasangan. Ia tidak bisa dimainkan oleh satu orang saja. Hal ini sesuai denga penuturan Zainal Asikin, “Alat musik ini hanya bisa dimainkan oleh dua orang saja. Hal ini karena alat musik ini terdiri dari dua bagian yaitu wadon/nine (perempuan) dan lanang/mame (laki-laki)”.
Jika dimainkan sendirian maka nada yang dihasilkan tidak akan lengkap. Namun jika dimainkan berpasangan maka kelima nada dasar (do-re-mi-so-la) yang dihasilkan oleh slober. Nada wadon itu sendiri terdiri atas sol-do-mi sedangkan lanang la dan re. Sehingga jika dimainkan butuh keahlian tersendiri untuk mengolaborasikan nada yang satu dengan yang lainnya.
Merdunya alunan slober tak serta merta menarik minat anak muda untuk belajar memainkan slober. Kurangnya minat generasi muda untuk belajar slober karena untuk dapat memainkan slober sangatlah sulit. Metode memiankannya sangat rumit sehingga butuh belajar yang mendalam.
 Begitulah alasan mengapa Zainal Azikin tetap berusaha melestarikannya dengan membangun sanggar kesenian di Desa Pengadangan. Dana yang dialokasikan sekitar 18 juta rupiah—berasal dari dana PNPM bantuan pemerintah melalui kementrian kebudayaan dan pariwisatadana ini digunakan semaksimal mungkin untuk melestarikan kebudayaan yang mulai tergusur oleh zaman. Saat ini bangunan sanggar sedang dibangun untuk tempat latihan para personil. (Sin, Rizal, -)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar