Tarekat Wetutelu; Bukan Sholat Tiga Waktu - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Rabu, 23 Januari 2013

Tarekat Wetutelu; Bukan Sholat Tiga Waktu


Tarekawetutelu  seringkali disalah artikan oleh masyarakat sebagai sebuah ajaran yang menyimpang dari ajaran agama yang sesungguhnya. Hal ini di karenakan ajaran tarekat dan wetutelu mengandung unsur percampuran antara adat dan agama  yang di sebut adatgama.
 Ada beberapa tempat di Lombok yang menganut ajaran tarekat dan wetutelu. Salah satunya seperti yang ada di Desa Pengadangan , Kecamatan Pringgasela , Lombok Timur. Bapak Zainul Arzikin, salah seorang tokoh adat setempat mengatakan bahwa sebenarnya ajaran tarekat ini sudah ada sejak dahulu bahkan sebelum desapengadangan terbentuk.  Hanya saja, ajaran ini dulunya  di laksanakan oleh  orang – orang  tertentu saja. Namun mulai sejak tahun 1960-an masyarakat pengadangan mulai mempraktikan ajaran ini secara  nyata.
 Ajaran ini dulunya sempat redup dikarenakan adanya penjajah yang melarang masyarakat untuk melaksanakan ajaran tersebut sehingga ajaran tarekat dan wetutelu  di desa pengadangan sempat mengalami kemunduran dalam perkembangnannya. Itu sebabnya, ajaran ini  akhirnya  diselipkan kedalam adat budaya  yang  ada saat itu dengan tujuan  agar ajaran ini dapat terjaga dan terselamatkan.
Orang  yang  membawa ajaran ini bernama  Muhammad Nur. Seorang ulama yang  berasal dari Sikur. Tentu saja pada awalnya,  penyebaran tarekat ini melalui proses yang  tidak sebentar. Awalnya, pengembangan Islam di desa Pengadangan kurang berkembang  dibandingkan dengan di desa lain. Sampai pada saat datangnya dua  orang  ulama dari desa Jerowaru dan pancor  yang mencoba untuk merubah kondisi ini.
Akan tetapi, usaha ini menemui kegagalan. Sampai pada akhirnya mereka mendapat petunjuk untuk menggunakan pusakanya berupa tarekat (ilmubathin)  agar  Islam  di  Pengadangan maju dan berkembang pesat. Hal   ini kemudian terbukti berhasil dengan berdirinya masjid sebanyak 24 buah.
 Sampai  pada saat ini  yang  dulunya hanya ada satu buah  masjid   saja. Mengenai ajaran tarekat ini, diakui banyak terjadi kesalahpahaman dari masyarakat luas tentang tarekat ini.  “Tarekat bersal dari Bahasa Arab Thoriq  yang  berarti jalan.  Secara harfiah tarekat berarti jalan pendekatan kepada  sang  khalik melalui kegiatan kebathinan.  Adapun kegiatan kebathinan  yang  di  maksud seperti zikir dan bertafakkur kepada Allah,ungkap Azikin.
Perbedaan Tarekat dan Wetutelu  di  desa Pengadangan ini dengan Tarekat dan Wetutelu  di  tempat  lain  adalah ditempat  lain  titik beratnya  di  kejujuran dan kelasan sedangkan tarekat di Desa Pengadangan ini lebih mengutamakan pada upaya untuk menguatkan syariat setiap penganutnya.  Prinsip tarekat  di Desa Pengadangan ini adalah bagaimana setiap penganutnya memperkuat syariat baik  yang wajib dan sunat  agar  setiap penganutnya memiliki kualitas ibadah  yang baik.
 Karena telah masuknya unsur adat dan budaya kedalam tarekat ini , maka terbentuklah sebuah simbolisasi unsur agama- budaya kedalam tarekat ini, yang bernama  Gamelan  (Gendang Beleq).  Gamelan adalah bahasa sasak  yang  berarti pegangan besar. Bagian  Gamelan  beleq ini terdiri dari alat musik  seperti  gong ,  gendang ,  petuk ,  rencik ,  dan kelenang.
Kelimanya itu melambangkan  lima  Rukun Islam dan  lima waktu sholat. Namun pelambangan  agama dengan alat musik dianggap oleh masyarakat luas sebagai hal yang  tabu dan merupakan bid’ah  agama. Namun menurut narasumber, hal ini sah-sah saja karena  gamelan  juga  di  gunakan oleh para wali di  jawa dalam menyebarkan agama  Islam. (Riki, Nunu, Wahyu, Andi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar