MENINGKATKAN MINAT BACA DI TINGKAT PERGURUAN TINGGI - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Senin, 21 Januari 2013

MENINGKATKAN MINAT BACA DI TINGKAT PERGURUAN TINGGI


            Beberapa bulan lalu gubernur NTB telah meluncurkan peraturan gubernur wajib baca karya sastra, baik pada jenjang sekolah, perguruan tinggi, dan di kalangan umum. Salah satu tujuannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan di daerah khususnya NTB yang sejauh ini dipandang masih berada pada peringkat yang lumayan tertingal dibanding dengan daerah-daerah lain di Indonesia umumnya.
 Dikutip dari Kompas (5/9/11), “Buku sastra merupakan simbol peradaban suatu bangsa. Sebab didalamnya terdapat berjuta pesona keindahan yang terlukis melalui kata-kata para pengarangnya, tentunya berkaitan dengan kehidupan mahluk hidup yang ada di muka bumi ini. jika kita kaji secara lebih mendalam, mengapa buku sastra yang menjadi sebuah simbol peradaban suatu bangsa karena memang sastra mencakup keseluruhan dari semua disiplin ilmu, terlebih-lebih menyimpan makna yang bersifat filosofis. Sastra juga merupakan ilmu empiris yang artinya berdasarkan fakta masa lalu dan dapat pula dikatakan mencakup tentang sejarah.  Siapa bilang  bahwa sastra tidak mencakup ilmu alam atau ilmu pasti seperti matematika. Dalam kuliah kritik sastra kamis (1/11) Johan Mahyudi M.Pd mengatakan, “dua tambah dua sama dengan empat dan dalam bahasa sastrawan mengatakan bahwa, dua tambah dua mungkin saja sama dengan empat.’’ Artinya  si pengarang mengubah kesimpulan bahwa dua tambah dua mungkin saja sama atau mungkin saja tidak sama dengan empat malah akan dikatakan enam kurang dua. Ini membuktikan bahwa sastra mencakup segala bidang yang ada di dunia oleh sebab itulah buku sastra dikenal dengan simbol peradaban suatu bangsa.
Menilik kehidupan masyarakat fakultas keguruan dan ilmu pendidikan  masa kini. Tahun ajaran 2012-2013 telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir ini namun kelihatannya budaya masa lampau dan klasik  memang sangat sulit untuk dirubah yakni kurangnya minat baca mahasiswa. Asumsi saya beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya minat baca adalah pertama teknologi yang makin canggih lalu kemudian terjadi ketertinggalan buku-buku klasik yang tak diminati para pembacanya lagi lalu yang kedua saratnya media hiburan yang menjadi pengecoh meskipun katanya sebagai alat untuk merefresi syaraf otak yang telah lelah berfikir namun rata-rata media hiburan yang beredar dikalangan masyarakat saat ini kebanyakan bersifat selalu tidak membuat puas artinya akan mengakibatkan ketergantungan pribadi yang akan melekat disetiap individu. Tidak jauh-jauh kita mengambil contoh game online dan bahkan jejaring sosial saja menyebabkan ketergantungan dan ini yang ingin saya katakan penemuan baru nonkimiawi adalah ketergantungan game online dan ketergantungan facebook bukan hanya ketergantungan obat terlarang yang menjadi kasus negeri di masa kini  melainkan itu tadi.
Memang pada dasarnya semua itu memiliki efek positif dan efek negatif namun jika telah melampaui dosis yang mengakibatkan serangan terhadap minat membaca buku berkurang maka perlu  kita berbenah diri secara seksama.
Tanpa kita harus saling bersembunyi minggu lalu saya sangat terheran-heran melihat beberapa teman-teman mahasiswa/i lebih memilih bermain kartu saat jam kosong atau tidak ada dosen masuk kekelasnya ketimbang akan membaca buku ata menambah wawasan ilmu pengetahuannya dan jika ini akan di biarkan berlarut-larut maka orang tak akan segan mengatakan bahwa lulusan perguruan tinggi khususnya pabrik guru masa kini menghasilkan produk yang sangat meragukan, dan hal ini akan terbukti kelak ketika kita semua telah terlepas dari belenggu akademik dan hanya menyandang gelar sarjana lebih tepatnya sarjana pengangguran karena memang yang menjadi aktivitasnya sehari-hari di masa kuliah adalah mengannggur saja dan tidak ada alternatif untuk mencari wawasan pengetahuan yang luas sehingga akan menciptakan generasi bangsa yang cerdas.
Meninggalkan budaya pendidikan lama (jenjang sekolah) PROTAGOGI lalu menuju peradaban baru (perguruan tinggi) ANDRAGOGI.
Dalam kuliah profesi keguruan yang diberikan oleh Drs. Anang Zubaidi Soemerep saat saya duduk di bangku semester dua, beliau pernah menjelaskan pendidikan protagogi adalah metode yang diterapkan selama peserta didik menempati bangku sekolah artinya peserta didik  tidak terlalu dibebani sebrat apa yang dialami di masa kuliah atau duduk di perguruan tinggi namun secara bertahap akan masuk ke andragogi. Peseta didik hanya dibebani berfikir disekolah saja meskipun di tugaskan oleh guru bebberapa pekerjaan rumah, hal ini disebabkan karena psikolgi atau kejiwaan siswa masih cenderung labil takutnya anak akan mengalami defresi jika diberikan beban yang terlalu berat.
Selanjutnya andragogi adalah metode pendidikan di mana peserta didik harus berusaha keras mencari bahan belajar tanpa harus menunggu perintah dari dosen baik di kalangan kampus maupun diluar dan ini merupakan metode yang memang diterapkan dijenjang perguruan tinggi maka tidak heran jika saat ini masih menemukan dosen-dosen yang jarang melakukan tatap muka cukup hanya menugaskan mahasiswanya mencari bahan dan mempresentasekan di depan teman-teman sekelasnya karna memang sistem pendidikan di perguruan tinggi seperti itu.
Membaca mungkin  merupakan suatu aktivitas yang paling membosankan dalam hidup anda dan akan sama halnya dengan menunggu, namun sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa ilmu tanpa membaca bagaikan hasil tanpa usaha. Artinya tidak ada orang yang sukses tanpa melalui pengorbanan-pengorbanan yang keras dan Mario Teguh dalam programnya, Golden Ways, pernah mengatakan “Tidak akan pernah ada orang kaya seketika ia meminta uang kepada yang diatas lalu jatuh berkeping keping dan sang pemohon mengatakan : kurang tambah lagi dong’. Artinya tidak ada kesuksesan tanpa usaha dan perjuangan yang keras.
Buku sastra merupakan alternatif bagi kaum yang kurang memiliki minat di bidang membaca karena pesona-pesona terindah akan terlukis dalam benak anda ketika membacanya, memang bagi sebagian orang beranggapan bahwa karya sastra sangat membosankan hingga memvonisnya sebagai kaya yang tidak jelas karena kesana kemari namun itulah yang menjadi perangkap para pengarang agar membuat karya sastranya dibaca berulang-ulang oleh pembacanya. dan bahkan orang sampai melupakan makan sehari saking penasaran atau asyiknya membaca karya prosafiksi dan ini akan membantu anda untuk lebih mengapresiasi dan menghargai karya baik berupa karangan fiksi maupun tulisan-tulisan ilmiah lainnya  yang telah dicetak maupun yang ada  dimedia elektronik.

Oleh : Sahmat Darmi (Mahasiswa Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UNRAM)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar