Cerpen - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Senin, 21 Januari 2013

Cerpen


SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU
by: St. Nurwahidah

Dalam keremangan senja, dalam pelukan keheningan kau singgah dalam hidupku..
Kau ketuk pintu hatiku...

Kutelusuri jalan setapak...
Kurambah belukar tak bertuan..
Tapi bahkan ketika matahari tak bersinar lagi, siluetmu selalu tersimpan dihatiku...

        Gerimis  senja  belum  juga reda  ketika  Naura berteduh di sebuah warung di tepi  Parangtritis. Tampiasnya mulai membasahi  tubuh Naura. Angin dingin berhembus  membungkus kulit. Naura merapatkan jaket birunya. Dibiarkannya  semilir angin menggoda helai demi helai rambut panjangnya. Dari arah utara, seorang pria berlari-lari kecil menghampiri  warung tempatnya  berteduh. Dengan santai ia duduk di samping Naura. Naura meliriknya  sekilas. Dari wajahnya Naura dapat menebak bahwa ia lebih muda darinya. Naura menyeruput  secangkir  teh  hangat dengan santai.
        “ Hai, aku Andi “ sapanya tiba-tida sembari mengulurkan tangan dan tersenyum ramah . Naura melihat ke arahnya dan membalas senyumannya.
        “ Naura “ jawabnya singkat.
        “ Kalau boleh aku tebak, kamu pasti sosok wanita yang suka menyendiri dan apa adanya “ ujarnya. Naura hanya tersenyum mendengar ucapan pria tersebut.
        “ Kamu suka pantai?” sambungnya.
        “ Iya. Aku suka pantai dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pantai. Aku suka langit senja, aku suka debur ombak  dan aku suka gerimis “ jawab Naura.
        Itulah awal perkenalan Naura dengan Andi.  Andi, seorang  insinyur  muda  yang tampan. Perawakkannya yang santai, sederhana dan  cerdas, mampu membuat Naura  terpana. Ia mengenyam pendidikan pada salah satu Universitas swasta di Yogyakarta dan berhasil meraih  gelar sarjananya dalam waktu 3 tahun.  Semula Naura pikir itu adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka, tapi ternyata tidak.  Andi selalu menelpon dan mengirim pesan singkat pada Naura. Tidak hanya sms dan telepon yang mengalir deras, Andi juga sering terlihat di pelataran parkir tempat Naura bekerja. Naura bekerja pada salah satu kantor maskapai penerbangan di seputaran Malioboro dan entah darimana awalnya, Naura dan Andi kini menjadi sepasang kekasih.
        Sore itu, seperti biasa Andi menjemput Naura di kantor. Tak lupa sebatang  mawar kuning kesukaan Naura di tangannya. Naura melangkah keluar dari kantornya dan menuju parkiran menghampiri  Andi yang sedari tadi telah sabar menunggunya.
        “ Maaf yah sayang sudah nunggu lama “ sapa Naura dengan perasaan bersalah karena selalu membuat Andi menunggu.
        “ Iya, nggak apa-apa kok. Aku senang bisa selalu jemput kamu pulang. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu “ jawabnya sembari mengelus lembut  kepala Naura. Naura sangat menyukai moment  saat  Andi mengelus kepala Naura dengan penuh kasih sayang.
        “ Ayo cepat masuk!” ucap Andi pada Naura. Tanpa bertanya  Naura  langsung masuk ke dalam mobil sport merah Andi. Mobil itupun kemudian melaju meninggalkan pelataran parkir kantor tempat Naura bekerja. Andi memacu mobil sportnya dengan cepat ketika melintas di lingkar selatan. Naura berteriak ketakutan tatkala speedmeter mobil sport Andi  menujuk angka 200km/jam. Andi hanya tertawa terbahak-bahak ketika Naura teriak ketakutan.
                        “Ayo dong cepetan! Sunset keburu hilang tuh “ ujar Naura ketika roda mobil Andi menginjak pasir pantai yang putih. Andi membiarkan Naura membuka sendiri pintu mobilnya dan berlari-lari kecil mengikuti riakan ombak. Andi menyambar  Nikonnya dan berlari menyusul Naura. Kilatan blitz kameranya tak pernah lepas mengikuti gadis manis itu.
                        “ Wah! Indahnya.... aku bisa melihat penuh matahari yang tenggelam “ ujar Naura riang. Naura berdiri menatap matahari yang memerah scarlet. Andi tersenyum melihat Naura dan menghampirinya. Ditariknya Naura ke dalam pelukannya. Naura pun membalas rangkulan Andi.
                        “ Berjanjilah Naura, kamu nggak akan ninggalin aku “ ujar Andi tiba-tiba.
Naura tersenyum mendengar ucapan Andi.
                        “ Aku nggak akan pernah bisa jauh dari kamu “ sambung Andi.
                        “ Suatu hari nanti, akan ada seorang  wanita  yang  datang menggantikanku, Sayang, " bisik Naura lembut di antara desau angin yang menerpa.
                         " Aku berjanji akan mengirimkannya untukmu. Untuk mendampingimu. Mencintaimu. Seorang wanita yang sempurna. Yang  disediakan Tuhan untukmu..."sambungnya.
                        Andi menatap Naura. Keningnya berkerut mendengar ucapan Naura. Tak mengerti dengan apa yang dikatakan Naura padanya.
                        “ Kok ngomongnya begitu? Memangnya kamu mau kemana? kamu mau ninggalin aku?” tanya Andi.
                        Naura hanya tersenyum. Mata bintangnya berubah sayu.
                        " Dia akan terbit seperti matahari esok pagi dan Setelah malam yang gelap, dia akan merekah di bibir cakrawala. Begitu kamu melihatnya, kamu akan tahu bahwa  aku yang mengirimkannya untukmu. . ." lanjut Naura.
                        Andi hanya terdiam. Ia tak mengerti dengan apa yang dikatakan Naura padanya. Detak jantungnya pun berubah sendu mengikuti alunan ombak yang berdebur.
                        Saat sore memerah scarlet, Andi dating menjemput Naura di kantor. Namun orang yang ditunggu-tunggu tak juga keluar dari kantor itu. Andi menelpon Naura dan tak ada jawaban dari Naura. Andi kemudian memacu mobilnya menuju rumah Naura. Setibanya disana, Andi sangat shock mengetahui bahwa sudah dua hari Naura berada di rumah sakit. Ia harus mendapatkan perawatan intensif karena penyakit kanker yang dideritanya. Andi kemudia menuju rumah sakit tempat Naura dirawat.
                        “ Sayang, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu di rumah sakit?” Tanya Andi setibanya di rumah sakit.
                        “ Aku nggak mau ngerepotin kamu. Aku nggak mau liat kamu sedih “ jawab Naura dengan suara bergetar.
                        “ Andi, kamu mau minta sesuatu dari kamu “ sambung Naura.
                        “ Apa sayang? Katakan. Apapun akan aku berikan untukmu. “ jawab Andi.
                        “ Di hari ulang tahunku  besok, aku ingin kamu membawakan sepuluh tangkai mawar  untukku. Bukan mawar kuning yang kusukai, tapi mawar merah agar aku selalu dapat menyimpan cintamu di hatiku  dan aku ingin menghabiskan  waktu  untuk menikmati senja bersamamu “ ujar Naura.
                        “ Apapun itu, akan aku lakukan untuk kamu “ jawab Andi sembari mengecup lembut kening Naura.
                        Esoknya, tanggal 15 Januari, Naura berulang tahun. Andi datang ke rumah sakit  dengan satu buket mawar merah di tangannya. Naura tersenyum manis melihat Andi dating membawakan mawar merah untuknya.
                        “ Terima kasih, sayang. Kini aku tenang, karena aku selalu dapat menyimpan cintamu di hatiku “ ucap Naura lembut. Wajahnya yang pucat tak melunturkan sinar ketulusan hatinya untuk Andi.
                        “ Andi, bawa aku ke pantai sekarang. Aku ingin menikmati senja bersamamu “ ujar Naura. Andi kemudian memapah Naura duduk di kursi roda dan kemudian membawanya menuju Parangtritis.
                        Di perjalanan, Naura hanya terdiam. Matanya sayu memandang jalanan yang ramai dengan hiruk pikuk kendaraan. Senja memerah scarlet saat Andi dan Naura tiba di Parangtritis. Andi memapah Naura berjalan menuju tepi pantai.
                        “ Andi, terima kasih atas seluruh cinta yang kamu berikan untukku. Aku bahagia bersamamu. “ ucap Naura di tengah kicauan camar yang membelah ombak. Andi mendekap Naura. Ia hanya terdiam membiarkan Naura berbicara.
                        “ Aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu. Aku menyayangimu dengan segala kelemahanmu dan aku akan tetap mencintaimu walau aku tak bersamamu lagi “ lanjut Naura lembuh. Suaranya bergetar, denyut jantungnya pun nyaris tak terdengar. Naura kemudian mengangkat tangannya, digerakkan tangannya seolah tengah memotong sebuah benda. Lalu ia seolah-olah tengah memetik sesuatu. Digenggamnya dan di letakkannya ke dalam genggaman Andi.
                        “ Aku hanya mampu memberikanmu sepotong senja sebagai tanda cintaku padamu. Genggam dan simpanlah dia. Jangan pernah lepaskan dan jangan biarkan sinar jingganya meredup. Karena saat sinarnya telah redup, maka cintaku pun akan meredup dalam hatimu. Aku mencintaimu seperti senja yang mencintai langit. Senja telah berbaik hati membagi kebahagiaannya pada kita, walau hanya sepotong…. Sepotong senja untuk pacarku…… “ ucap Naura dan kemudian tangannya luruh jatuh menimpa tangan Andi. Denyut jantungnya kini tak terdengar lagi. Andi kemudian sadar, Naura telah tiada. Andi mendekap erat Naura. Air matanya pun tak terbendung lagi.
                        “ Akan aku jaga senja ini, sayang.. Takkan kubiarkan sinarnya meredup. Aku mencitaimu. Terima kasih telah menjadi yang terindah dalam hatiku. Jangan takut, sinarnya takkan meredup. Sinar sepotong senja yang kau berikan padaku akan tetap indah, seindah senja mencintai langit “ gumam Andi yang kini tak terdengar lagi oleh Naura.

                                                                                *Mahasiswi Program Studi PKn'11


                                                              


Tidak ada komentar:

Posting Komentar