Menumbuhkan Karakter Melalui Teater - LPM Pena Kampus

Goresan Penamu Runtuhkan Tirani

Breaking

Kamis, 09 November 2017

Menumbuhkan Karakter Melalui Teater

Para pemain Gendang Beleq terlihat bersemangat saat membuka acara FTMP di Aula Taman Budaya Mataram, Selasa (7/11/2017)
Mataram, Pena Kampus -  Festival Teater Modern Pelajar (FTMP) ke-XIX berlangsung di Taman Budaya Mataram mengangkat tema “18 Karakter di Usia XIX”. Acara FTMP ini diselenggarakan selama 12 hari dimulai dari 7-18 November 2017.

Melalui visi-misi yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, maka lahirlah tema “18 karakter diusia 19”. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan salah satu program yang dipusatkan di dalam dunia pendidikan saat ini demi menumbuhkan karakter siswa melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Tak tanggung-tanggung Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Putih (TP) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP ) Universitas Mataram (Unram) ikut menyelaraskan PPK melalui acara FTMP. Acara yang diselenggarakan khusus untuk kalangan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) nantinya dapat menumbuhkan PPK melalui seni teater.

FTMP tahun 2017 ini diikuti oleh 38 peserta yang didominasi dari SMA yang ada di Pulau Sumbawa. Penambahan peserta (sanggar) dari tahun sebelumnya dari 31 peserta menjadi 38, yang di mana dari Pulau Sumbawa berjumlah 7 peserta dan Lombok Timur berjumlah 5 peserta, sisanya 26 peserta dari lima kabupaten/kota yang ada di Pulau Lombok.   

Acara FTMP awalnya diikuti oleh 7 peserta sejak tahun 1999 silam, di mana saat itu masih dikuti oleh peserta umum. FTMP terus mengalami perkembangan yang signifikan tiap tahunnya. Acara FTMP yang awalnya merebutkan piala dekan dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2001. Dari tahun 2002-2003 FTMP kala itu mendapat dukungan dari pihak Unram sehingga perebutan piala Rektor menjadi hadiah untuk juara umum.

“Dari tahun 2003 kala itu kami berkerja sama dengan pihak Gubernur sehingga dengan usaha kami lakukan bisa memberikan piala gubernur sebagai bentuk apresiasi kami untuk yang mendapat juara umum kala itu,” ucap Cak Fadil selaku penggagas FTMP sejak tahun 1999.

Berkarakter  

Erlan Jayadi selaku ketua panitia FTMP mengatakakan. “Kami berusaha melalui jalur kesenian (teater) mewujudkan visi-misi pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo,” katanya pada sela-sela acara pembukaan FTMP. Harapan tersebut di sambut baik oleh selaku pendiri TP, Adi Prana Jaya.

Adi Prana Jaya menegaskan pada saat sambutan FTMP di depan para peserta di acara pembukaan. “Masyarakat Nusa Tenggara Barat  harus menghidupkan karakter melalui bidang apapun, contohnya seni teater, bagaimana teater mengemas karakter menjadi lebih peka terhadap kehidupan,” katanya.

Hal tersebut juga dirasa penting dalam berteater sebagai bentuk seni yang dapat menumbuhkan karakter bagi siswa yang mengikuti pementasan. Dengan begitu seni tidak hanya menjadi wadah hiburan bagi para penonton. Suruji selaku Kepala Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)  NTB yang menghadiri FTMP sekaligus sebagai pembuka acara berpendapat, “Melalui seni diharapkan seluruh peserta peka terhadap masalah sosial sekitar, sehingga dapat membangun karakter,” tandas Suruji sebelum resmi membuka acara FTMP.

Penanaman nilai sangat perlu dilakukan baik dari seni teater dan seni lainnya. Hal tersebut sangat urgent bagi semua kalangan. “Saya harap tema yang diangkat melalui seni teater dapat menumbuhkan  nilai-nilai dalam bidang pendidikan dan bisa semakin membumi sehingga bisa berpengaruh positif bagi perilaku mereka (peserta FTMP),” tegas Cak Fadil  

Minim Dukungan

Kegiatan FTMP adalah sebagai bentuk eksistensi Unram seharusnya mendapat dukungan penuh. Namun, pada kenyataannya, pihak Unram selalu merepresi agar semua kegiatan yang dapat mendukung dan menunjang kreatifitas mahasiswa salalu mendapat represi, baik berupa peminjaman gedung dan pencairan dana anggaran kegiatan.  

Hal tersebut dapat dilihat dengan keadaan gedung pementasan yang cukup sempit dengan daya tampung kurang dari 500 orang dari jumlah penonton membuat tidak representatif bagi penonton. Erlan mengeluhkan keadaan tersebut. “Tidak ada dukungan dari pihak Unram, sehingga kami memilih gedung yang lebih  terbuka, itu memudahkan para peserta pada saat pementasan, namun tidak untuk penonton,” katanya

Tak ayal, undangan yang ditujukan ke pihak FKIP tidak diindahkan, melihat tidak adanya perwakilan dari FKIP yang menghadiri undangan dari penyelenggara acara. Hal tersebut sangat dikeluhkan oleh Cak Fadil, “ Hampir tidak ada dukungan dari pihak kampus, kita lihat saja, kita sudah undang dengan melayankan surat undangan, namun tidak ada satu pun dari pihak kampus yang datang ke acara,” katanya.

Senada dengan Erlan. “Saya harap ke depannya instansi maupun pihak kampus lebih membuka diri, yaaa… setidaknya lebih memperhatikan kami dalam berorganisasi dan mengembangkan seni teater,” pungkasnya. Minimnya dukungan dari FKIP terkait pendanaan dan juga pihak Unram terkait penyewaan gedung dirasa perlu diperhatikan oleh masyarakat kampus demi kelancaran acara. Baik untuk semua organisasi yang ada di lingkup FKIP maupun lingkup Unram.(Viq)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar